BERITA SOLO ■ Final sepak bola piala Desa Penakir, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang dalam rangka memperingati hari kemerdekaan HUT RI ke 75, pada Minggu, (9/8) diwarnai kericuhan.
Kericuhan itu di picu oleh beberapa oknum penonton yang berusaha menyerang hakim garis, akibat kibasan benderanya di detik-detik ahir babak kedua. Gol yang di ciptakan oleh salah seorang penyerang dari kesebelasan Penakir Sarangan dianulir oleh pemimpin pertandingan.
Oleh beberapa penonton, kode angkat bendera oleh Ali sebagai hakim garis dianggap sebuah kecurangan besar.
Sesaat setelah peluit panjang di tiup oleh Fasluki sang pemimpin pertandingan, beberapa oknum penonton langsung bergerak dan mengejar hakim garis untuk diadili diluar pertandingan.
Beruntung pihak panitia dan tim pengaman desa tersebut sigap dan langsung mengevakuasi wasit dan pembatunya ke rumah seorang warga yang cukup punya pengaruh di dusun Wanasari untuk menghindari amukan penonton yang jagoannya kemasukan 2 gol tanpa balas.
Sebelumnya, beredar informasi melalui WA dari penonton final bahwa wasit dan hakim garis dari Pulosari yang di kontrak oleh panitia penyelenggara di tahun ini telah di keroyok oleh penonton di desa penakir.
Usai pertandingan warga pulosari penasaran dan tidak terima warganya menjadi korban pengeroyokan, lalu tanpa berpikir panjang dan tanpa dikomando puluhan orang langsung meluncur ke lokasi pertandingan final kesebelasan penakir Krajan versus sarangan, di lapangan olah raga Wanasari untuk menjemput pulang dan membalas penganiayaan yang telah di lakukan oleh warga desa tetangganya.
Apa yang terjadi, isu tinggal isu. Faktanya, wasit dan dua orang hakim garisnya dalam kondisi segar bugar tanpa tercolek oleh penonton yang berusaha mencidrainya.
Hal tersebut terungkap manakala pihak perwakilan dari desa Pulosari merangsek masuk ke sebuah rumah untuk menemui rekanya yang konon telah babak belur.
Agus, Kepala Desa Penakir dan beberapa orang dari kepanitiaan dan tuan rumah sebagai tokoh masyarakat, dalam kesempatan tersebut meminta maaf atas ketidak nyamanan kru wasit dari Pulosari akibat dari ulah oknum warganya terhadap mereka.
Permohonan maaf juga di sampaikan oleh Setio Widodo, mantan kades yang mewakili warga Pulosari akibat dari kehadirannya secara masal, pastinya sangat mengganggu kenyamanan warga setempat.
■ Himawan