BERITA SOLO ■ Dalam 2 hari terakhir, yaitu tanggal 3 dan 4 September 2020 BMKG sudah mencatat telah terjadi 4 (empat) kali aktivitas gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di daratan Pulau Jawa.
Gempa-gempa tersebut adalah sebagai berikut:
1.Gempa Wonosobo magnitudo 2,2 pada 3 September 2020 pukul 5.00.36 WIB dengan lokasi episenter pada koordinat 7,12 LS dan 109,78 BT tepatnya di darat pada jarak 14 km arah utara Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kedalaman 10 km, dan dirasakan di Dieng I-II MMI.
2.Gempa Sukabumi magnitudo 2,7 pada 3 September 2020 pukul 20.42.39 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,08 LS dan 106.95 BT tepatnya di darat pada jarak 18 km arah Tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat, kedalaman 10 km, dan dirasakan di Kecamatan Nyalindung Sukabumi II-III MMI.
3.Gempa Bantul magnitudo 3,1 pada 4 September 2020 pukul 00.07.15 WIB Lokasi episenter pada koordinat 7,93 LS dan 110,48 BT di darat pada jarak 15 km arah Baratlaut Gunungkidul, Yogyakarta, kedalaman 5 km dan dirasakan di Bantul II MMI.
4.Gempa Sukabumi magnitudo 3,3 pada 4 September 2020 pukul 13.30.52 WIB lokasi episenter pada koordinat 7,11 LS dan 106,93 BT tepatnya di darat pada jarak 20 km arah Tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat, kedalaman 4 km dan dirasakan di Kec. Nyalindung Sukabumi II-III MMI.
Ketiga gempa tektonik ini merupakan jenis gempa kerak dangkal, akibat aktivitas sesar aktif. Gempa Wonosobo dipicu oleh sesar lokasl di sekitar Pegunungan Dieng, Gempa Sukabumi dipicu oleh aktivitas sesar aktif di zona Cipamingkis, dan Gempa Bantul dipicu oleh aktivitas penyesaran di zona Sesar Opak.
Gempa akibat aktivitas sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar maka patut diwaspadai. Keberadaan sesar aktif yang jalurnya dekat kawasan permukiman tentu sangat berisiko dapat menimbulkan kerusakan dan juga korban jiwa.
Untuk menimbulkan terjadinya kerusakan bangunan rumah, gempa akibat sesar aktif dangkal tidak harus berkekuatan besar. BMKG mencatat bahwa sejak 2015 di Pulau Jawa saja setidaknya telah terjadi 5 kali gempa merusak yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang berkedalaman dangkal dengan magnitudo kurang dari 5,0 (M<5,0). Gempa-gempa tersebut adalah sebagai berikut:
1.Gempa Madiun Magnitudo 4,2 pada 25 Juni 2015.
2.Gempa Pangalengan Magnitudo 4,2 pada 6 November 2016.
3.Gempa garur Magnitudo 3,7 pada 18 Juli 2017.
4.Gempa Banjarnegara Magnitudo 4,4 18 April 2018 merusak lebih dari 316 bangunan rumah.
5.Gempa Lebak Magnitudo 4,4 pada 7 Juli 2018.
Rentetan gempa kecil tersebut di atas semua kekuatannya kurang dari 5,0. Untuk itu, dengan fakta dan data tersebut di atas, maka aktivitas sesar aktif di daratan dan utamanya dekat dengan kawasan permukiman tentunya patut diwaspadai.
Sebagai upaya mitigasi gempa, kami akan terus menghimbau agar masyarakat serius dalam mewujudkan bangunan rumah tahan gempa serta memahami cara sesaat saat terjadi gempa bumi.
Gempa tidaklah membunuh dan melukai, karena yang menimbulkan korban jiwa yang sebenanarnya adalah bangunan tembok dengan yang kualitas rendah asal bangun tanpa mengacu aturan bangunan tahan gempa, sehingga saat terjadi gempa bangunan tembok seperti itu dapat roboh dan menimpa penghuninya.
■ DARYONO /BMKG