BERITASOLO.COM | KARANGANYAR — Pemerintah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menetapkan status tanggap darurat atas kebakaran Gunung Lawu yang memasuki kawasan itu sejak beberapa hari yang lalu. Hingga kini, luas kebakaran Gunung Lawu di Karanganyar mencapai 8 hektare.
Informasi yang di dapat I Putu Gopi bacaleg PKN Dapil 4 jateng, area yang terdampak saat ini ada tiga kecamatan. Kecamatan tersebut meliputi Tawangmangu, Jenawi, dan Ngargoyoso.
"Luasan (yang terdampak api) perkiraan ada 8 hektar," katanya, hari ini, Rabu (4/10).
Disatu sisi Kebakaran hutan lindung di kawasan Gunung Lawu menghanguskan jaringan pipa air bersih warga di Dusun Babar, Desa Anggrasmanis Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Akibatnya, ratusan jiwa penduduk setempat kesulitan air bersih.
Menurut sumber informasi dari Relawan Dulur Gopi Nusantara yang disampaikan, I Putu Gopi mengatakan, sebagian jaringan pipa yang menyalurkan air warga dari sumber Sendang Macan di kawasan Gunung Lawu meleleh karena terbakar api.
“Dari sepanjang 12 kilometer jaringan pipa air, yang meleleh sekitar 1,2 kilometer. Jadi cukup panjang dan ini mengganggu suplai air ke warga,” kata I Putu Gopi bacaleg PKN dapil karanganyar,sragen dan wonogiri pada hari, Rabu (4/10/2023).
Dia mengatakan kebakaran hutan Gunung Lawu yang semula membakar lahan di wilayah Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menjalar ke wilayah Karanganyar. Hingga akhirnya merembet ke jaringan pipa sumber air untuk warga Babar.
Mulai hari Selasa (3/10) kemarin Gerak cepat Satgas Kebakaran Gunung Lawu mulai melakukan pengeboman air melalui helikopter ke sejumlah titik kebakaran di hutan lindung di lereng Gunung Lawu di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kegiatan yang sama akan dilanjutkan di hari selanjutnya karena jarak pandang terbatas setelah hari mulai malam.
I Putu Gopi menjelaskan berdasarkan informasi yang dia dapat, bahwa Hutan yang ada di lereng gunung Lawu sejak beberapa hari terakhir terbakar. Petugas gabungan bersama masyarakat berjibaku untuk memadamkan api serta mencegah api menjalar ke kawasan lain. Siang harinya, petugas menggali ilaran untuk memutus penyebaran api. Sedangkan malam hari, petugas dan masyarakat memadamkan api dengan cara konvensional, yaitu gepyok. (rl/by)